Ketika Jumat Belum Kiamat (Bag. 1)

Semuanya terjadi begitu cepat. Kecelakaan Jumat (25/9) pagi itu tak terhindarkan. Padahal sepersekian detik, saya melihat mobil itu melaju ke arah saya dan pengemudi Go-Jek.

PRAKKK! 

Saya dan pengemudi Go-jek beserta motornya terpental ke arah kanan. Tabrakan dari samping kiri tersebut begitu vivid. Bahkan, beberapa detik sebelum tertabrak, saya sempat bergumam dalam hati, “Ini nyata atau…”

Ya, saya sadar itu nyata, tepat setelah kepala menghantam aspal. 

“Oh, beneran ya ternyata…,” ucap saya nyaris tanpa suara. 

Setelah sempat blackout beberapa saat, dan mengira saya buta, otak saya langsung memerintah tubuh untuk bangun.

Mengatur napas dan mencoba mengangkat bagian atas tubuh saya untuk selanjutnya berdiri. 

“Bangun! Bangun! Kamu cuma jatuh dari motor. Palingan badan cuma pegel dan kaki keseleo,” ucap saya dalam hati.

Tapi, semuanya gagal. Untuk bangun duduk sempurna saja, saya gak mampu. Lalu, paling parahnya adalah saya gak bisa ngerasain kaki kanan. Beberapa kali saya perintahkan otak untuk membuatnya merespons, tak juga digubris. Saya panik. Ilmu atur napas yang sempat saya pelajari pun lenyap. Rasa panik tersebut langsung menyerbu. 

Kawasan Menteng (tempat kejadian perkara) sekira pukul 9 pagi, terlihat lengang. Sampai akhirnya terdengar orang-orang riuh mendekati. Saya ditolong entah-siapa-bapak-bapak-berseragam-oranye. Beliau yang angkat saya ke mobil (sejenis taksi rental Express Group) yang setelahnya saya baru tahu kalau pengemudi dan mobil inilah yang menabrak tadi.

Saya pun dilarikan ke RS Abdul Waluyo, karena inilah rumah sakit terdekat dari lokasi saya kecelakaan. Baru masuk ruang UGD, terdengar seorang petugas bertanya kepada saya, “Mbak, pakai asuransi apa?” 

Tadinya saya mau jawab pakai BPJS Kesehatan. Alasannya karena saya penasaran, bagaimana reaksi dari rumah sakit tersebut atas jawaban saya. Namun, niat tersebut saya urungkan. Mengingat seluruh tubuh saya sakit dan kaki kanan yang belum juga merespons saya untuk gerak. Saya pun jawab, “Saya pakai MNC Life.” 

Mendengar jawaban saya, petugas yang tadi bertanya langsung bergidik pergi ke ruangan lain. Tak lama, seorang dokter muda (yang kata teman-teman kantor saya ini tampan) pun datang.

Manalah saya sempat melihat jelas detail paras dokter (tampan) ini. Kaki saya jauh lebih menyita perhatian. Saya nangis, (pada akhirnya nangis karena gak tahan sama rasa sakitnya yang omaygad!) dan sudahlah gak peduli akan terlihat jelek di depan dokter yang sempat saya lirik badge-nya bernama Rendy. Ahey! Dokter Rendy.

Tak lama, Mas Tofan dan Aji dari Progsus Newsroom, serta teman-teman #Lantai26 pun datang.

Urus ini-itu. Sampai akhirnya saya diberikan tindakan dengan diberikan pain-killer sebelum masuk ruang radiologi untuk pemotretan kaki.

  
Dan setelah rontgent, hasilnya pun didapatkan bahwa tiga jari kaki kanan saya (telunjuk, tengah, dan manis) patah. Dengan kondisi jari manis patahnya terbagi tiga dan terdapat serpihan hasil bagian tulang yang remuk.

  
Badan saya seketika makin lemas mendengarnya. Terlebih mendengar ucapan dokter Rendy kalo kaki saya ini kemungkinan besarnya harus segera dioperasi.

DIOPERASI?! 

*tarik napas dalam-dalam*

5 Comments

  1. Selamat malam, Pagi, Siang, dan sore mbak…
    Tergantung kapan mbak baca massage ini.
    Mbak saya mau minta tips, info cara perawatan patah tulang jari dan lama penyembuhan luka yang mbak alami.
    Apa yang mbak ceritakan begitu juga yang saya rasakan dan alami.
    Saya mengalami Lakalantas, saya di tabrak dari samping kanan lalu Forstep bagian kiri si penabarak menghatam sangat keras punggung kaki saya sehingga kelima tulang jari kaki saya patah semua dan punggung kaki saya Robek sangat lebar 18 jahitan. Tolong berikan tipsnya ya mbak
    Makasih

    Reply

    1. subhanallah. saya turut berduka ya, mas. saya sebenernya gak punya tips yang gimana-gimana untuk perawatan jemari yang pernah patah. bahkan jari manis kaki kanan saya, kata dokter tuh remuk. setelah melalui dua kali operasi dan sempat melalui banyak statement kiri-kanan dan bahkan dokter bahwa proses penyembuhannya lama, saya sempet drop. tapi cuma bentaran aja. saya langsung bangkit dan meyakinkan diri bahwa saya bisa sehat. saya percaya, dengan kitanya berpikiran positif, terus juga jaga pergerakan tubuh (gak lompat-lompat atau aktivitas berat yang pakai kaki), insya allah semua sel tulangnya tumbuh dan bisa menyatu dengan baik. konsumsi makanan yang mendukung pertumbuhan tulang, mas. jika perlu kasih tambahan vitamin (kayak pil gitu) buat tulang. semoga proses pemulihannya berjalan baik yaa, mas.

      terima kasih sudah mampir di blog saya. stay positive and be happy, always!

      Reply

Leave a comment